Rabu, 13 Juli 2011

BULUTANGKIS

Bulu tangkis (sering disingkat bultang) atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan.

Mirip dengan tenis, bulu tangkis bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati jaring agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan dan berusaha mencegah lawan melakukan hal yang sama.

Partai

Ada lima partai yang biasa dimainkan dalam bulu tangkis, yaitu:
  1. Tunggal putra
  2. Tunggal putri
  3. Ganda putra
  4. Ganda putri
  5. Ganda campuran

Lapangan dan jaring

Lapangan bulu tangkis berbentuk persegi panjang dan mempunyai ukuran seperti terlihat pada gambar. Garis-garis yang ada mempunyai ketebalan 40 mm dan harus berwarna kontras terhadap warna lapangan. Warna yang disarankan untuk garis adalah putih atau kuning. Permukaan lapangan disarankan terbuat dari kayu atau bahan sintetis yg lunak. Permukaan lapangan yang terbuat dari beton atau bahan sintetik yang keras sangat tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan cedera pada pemain. Jaring setinggi 1,55 m berada tepat di tengah lapangan. Jaring harus berwarna gelap kecuali bibir jaring yang mempunyai ketebalan 75 mm harus berwarna putih



Perlengkapan

  • Raket

Secara tradisional raket dibuat dari kayu. Kemudian aluminium atau logam ringan lainnya menjadi bahan yang dipilih. Kini, hampir semua raket bulu tangkis profesional berkomposisikan komposit serat karbon (plastik bertulang grafit). Serat karbon memiliki kekuatan hebat terhadap perbandingan berat, kaku, dan memberi perpindahan energi kinetik yang hebat. Namun, sejumlah model rendahan masih menggunakan baja atau aluminium untuk sebagian atau keseluruhan raket.

  • Senar

Mungkin salah satu dari bagian yang paling diperhatikan dalam bulu tangkis adalah senar nya. Jenis senar berbeda memiliki ciri-ciri tanggap berlainan. Keawetan secara umum bervariasi dengan kinerja. Kebanyakan senar berketebalan 21 ukuran dan diuntai dengan ketegangan 18 sampai 30+ lb. Kesukaan pribadi sang pemain memainkan peran yang kuat dalam seleksi senar.

  • Kok

Kok adalah bola yang digunakan dalam olahraga bulu tangkis, terbuat dari rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut terbuka, dengan pangkal berbentuk setengah bola yang terbuat dari gabus. Dalam latihan atau pertandingan tidak resmi digunakan juga kok dari plastik.

  • Sepatu

Karena percepatan sepanjang lapangan sangatlah penting, para pemain membutuhkan pegangan dengan lantai yang maksimal pada setiap saat. Sepatu bulu tangkis membutuhkan sol karet untuk cengkraman yang baik, dinding sisi yang bertulang agar tahan lama selama tarik-menarik, dan teknologi penyebaran goncangan untuk melompat; bulu tangkis mengakibatkan agak banyak stres (ketegangan) pada lutut dan pergelangan kaki.


Memainkan bulu tangkis

Area permainan

Tiap pemain atau pasangan mengambil posisi berseberangan pada kedua sisi jaring di lapangan bulu tangkis.

Permainan dimulai dengan salah satu pemain melakukan servis.

Tujuan permainan adalah untuk memukul sebuah kok menggunakan raket, melewati jaring ke wilayah lawan, sampai lawan tidak dapat mengembalikannya kembali. Area permainan berbeda untuk partai tunggal dan ganda, seperti yang diperlihatkan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dikatakan "keluar". Setiap kali pemain/pasangan tidak dapat mengembalikan kok (karena menyangkut di jaring atau keluar lapangan) maka lawannya akan memperoleh poin.

Permainan berakhir bila salah satu pemain/pasangan telah meraih sejumlah poin tertentu.

Teknik Dasar Permainan Bulu Tangkis

a. Cara Memegang Raket Pegangan raket ada tiga macam, yaitu: 1. Pegangan forehand (pegangan dasar) Pegangan ini dapat di peroleh dengan cara mendirkan raket yang sisinya tegak dengan lantai Pegangan ini hampir sama dengan posisi tangan sedang bersalaman.

2. Pegangan backhand Pegangan ini dapat di peroleh dengan jalan memutar seperempat ke kanan dari pegangan forehead.

3. Pegangan pukul kasur/Amerika Cara pegangan ini adalah mula-mula raket diletakkan secara mendatar di atas lantai. Kemudian ambil dan peganglah raket pada pegangannya, sehingga bagian tangan antar ibu jari dan jaritelunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar.

4. Pegangan campuran

b. Teknik Pukulan Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulitangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke lapanagn lawan. Terdapat macam-macam teknik dasar pukulan dalam permainan bulutangkis, yaitu: 1. Pukulan Servis Pukulan servis merupakan pukulan degan raket untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal dan bertujuan sebagai permulaan permainan. Macam-macam pukulan servis, yaitu: a. Pukulan servis pendek b. Pukulan servis panjang c. Pukulan servis mendatar d. Pukulan servis cambuk

2. Pukulan Lob Pukulan lob adalah pukulan dalam permainan bulitangkis yang bertujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis lapangan lawan. Pukulan lob dapat di lakukan dengan dua cara. yaitu: a. Overhead lob, yaiutu pukulan lob yang di lakukan dari atas kepala dengan cara menerbangkan shuttlecock melambung ke arah belakang. b. Underhand lob, yaitu pukulan lob yang di lakukan dari bawah dengan cara memukul shuttlecock yang berada di bawah badan dan di lambungkan tinggi ke belakang.


Servis

Area servis

Servis dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang menyeberangi jaring ke area lawan. Partai tunggal dan ganda memiliki area servis yang berbeda seperti yang diilustrasikan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dinyatakan "keluar" dan poin untuk penerima servis.

Posisi kiri atau kanan tempat servis dilakukan ditentukan dari jumlah poin yang telah dikumpulkan oleh pemain yang akan melakukan servis. Posisi kanan untuk jumlah poin genap dan posisi kiri untuk jumlah poin ganjil. Servis dari posisi kanan juga dilakukan saat jumlah poin masih nol.

Pada set pertama pemain/pasangan yang melakukan servis untuk pertama kali ditentukan dengan undian, sedangkan untuk set berikutnya dilakukan oleh pemenang dari set sebelumnya.

Untuk partai ganda, beberapa peraturan berbeda diterapkan untuk perhitungan poin menggunakan sistem pindah bola dan sistem reli poin:

Sistem pindah bola

  • Sebelum pertandingan dimulai, harus ditentukan salah seorang pemain dari tiap-tiap pasangan sebagai "orang pertama". Pilihan ini berlaku untuk setiap set yang dimainkan.
  • Jumlah poin genap atau ganjil menentukan posisi "orang pertama" saat melakukan servis.
  • Setiap pasangan mempunyai dua kali kesempatan servis (masing-masing untuk tiap pemain) sebelum pindah bola, kecuali servis pertama pada tiap-tiap awal set tidak mendapat kesempatan kedua.
  • Saat pindah bola, servis pertama selalu dilakukan oleh pemain yang berada di sebelah kanan, bukan oleh "orang pertama".

Sistem reli poin

  • Setiap pasangan hanya mendapat satu kali kesempatan servis, tidak ada servis kedua.
  • Servis dilakukan oleh pemain yang posisinya sesuai dengan poin yang telah diraih oleh pasangan tersebut.
  • Pemain yang sama akan terus melakukan servis sampai poin berikutnya diraih oleh lawan.

Sistem perhitungan poin

Sejak Mei 2006, pada kejuaraan resmi seluruh partai menggunakan sistem perhitungan 3x21 reli poin. Pemenang adalah pemain/pasangan yang telah memenangkan dua set.

Sejarah

Permainan Battledore and Shuttlecock pada tahun 1854

Olah raga yang dimainkan dengan kok dan raket, kemungkinan berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu tetapi juga disebut-sebut di India dan Republik Rakyat Cina.

Nenek moyang terdininya diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan.

Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer untuk menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.

Penduduk Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka.

Olah raga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.

Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game" ("Battledore bulu tangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris.

Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi bulu tangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All England.

bulu tangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara Skandinavia.

Induk organisasi

International Badminton Federation (IBF) didirikan pada tahun 1934 dan membukukan Inggris, Irlandia, Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia Baru, dan Perancis sebagai anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada tahun 1936. Pada IBF Extraordinary General Meeting di Madrid, Spanyol, September 2006, usulan untuk mengubah nama International Badminton Federation menjadi Badminton World Federation (BWF) diterima dengan suara bulat oleh seluruh 206 delegasi yang hadir.

Olah raga ini menjadi olah raga Olimpiade Musim Panas di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Indonesia dan Korea Selatan sama-sama memperoleh masing-masing dua medali emas tahun itu.


DIKUTIP DARI wilkipedia

PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI






BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya, setiap orang menyadari hal tersebut, akan tetapi sedikit orang yang sadar untuk menjaga kesehatannya. Jaman sekarang sangat sedikit sekali waktu yang tersedia untuk menjaga kesehatan, karena orang-orang sekarang sangat disibukan dengan berbagai aktivitasnya seperti pekerjaan yang sangat menyita banyak waktu sehingga untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri pun tidak ada. Jika kita melihat hal tersebut maka kebanyakan orang-orang sekarang sangat mementingkan kehidupan ekonomi yang lebih layak dibandingkan dengan kesehatan pada dirinya, dengan kata lain kehidupan di dunia ini memang sangat berharaga, sehingga kita sebagai manusia harus benar-benar menjaga diri kita agar kita tetap sehat dan terhindar dari yang namanya cidera.

Setiap orang membutuhkan rasa aman baik pada saat dijalan maupun ditempat-tempat yang lain. Rasa aman ini erat sekali kaitannya dengan masalah keselamatan. Untuk itu setiap orang perlu menjaga dan berusaha agar selamat selama menjalankan tugasnya. Namun, kadang-kadang seseorang tidak sadar bahwa tindakanya membahayakan orang lain, sehingga mengancam keselamatan orang lain bahkan juga dirinya sendiri.

Jika kita melihat fakta-fakta yang ada maka memang semua aktivitas dan tindakan mempunyai resiko yang bisa mengancam keselamatan diri kita dan orang lain. Tidak terkecuali dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani. Oleh sebab itu kita sebagai guru pendidikan jasmani harus mengantisipasi dan meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang mengancam anak didik kita pada khususnya, sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas kita dapat dirumuskan masalah yaitu : guru pendidikan jasmani dapat mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan yang mengancam anak didiknya dan bagaimana cara penerapan atau cara yang dilakukan guru pendidikan jasmani untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya cidera pada anak didiknya.

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah pendidikan keselamatan adalah untuk mengetahui tentang factor-faktor yang dapat mengancam keselamatan pada siswa sehingga guru pendidikan jasmani dapat melakukan sesuatu guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya cidera, sehingga keselamatan anak didiknya terjamin.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pendidikan keselamatan merupakan pembelajaran tentang tata cara dan pencegahan akan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Jika kita lihat dari pengertian pendidikan keselamatan maka pengetahuan tentang keselamatan memang sangatlah berarti bagi kita. Aktivitas olahraga selalu identik dengan munculnya cidera, baik cidera yang berupa akut maupun kronis. Cedera terjadi karena berbagai factor, di antaranya : factor usia, jumlah jam latihan, dosis beban latihan, overuse, fleksibilitas, kesalahan teknik, pemanasan dan pendinginan yang kurang, itu secara umum jika kita lihat factor yang ada pada pembelajaran di sekolah dasar maka bisa di persempit lagi atau dikhususkan.

Pada dunia kedokteran olahraga ada semboyan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, sebab mengobati cidera lebih sulit dan banyak menimbulkan kerugian bagi para penderitanya.

2.2 Ciri

Pendidikan keselamatan merupakan pendidikan yang sebenarnya wajib di ketahui oleh semua orang, sehingga orang-orang paling tidak dapat meminimalisasi dan mencegah terjadinya cidera maupun kecelakaan dimanapun orang itu berada. Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan jasmani sangat diperlukan pengetahuan tentang pendidikan keselamatan. Sehingga guru akan dapat mengetahui factor-faktor yang dapat menimbulkan cidera serta dapat menerapkan tindakan yang diambil guna memperkecil dan mencegah terjadinya cidera pada anak didiknya.

a. Pentingya pendidikan keselamatan dalam Pendidikan Jasmani

kurangnya perhatian dan pengetahuan tentang tata cara dan pencegahan akan kemungkinan terjadinya kecelakaan, mengakibatkan lebih seringnya terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan rudapaksa atau cedera pada para siswa. Para siswa dapat mengalami rudapaksa pada berbagai keadaan, seperti ketika bermain di halaman sekolah, pada saat istirahat, dan pada saat menerima pelajaran pendidikan jasmani. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya rudapaksa di lingkungan sekolah maka para guru khususnya guru pendidikan jasmani (Penjas) perlu memahami aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani. Ia perlu memiliki keterampilan untuk melaksanakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya rudapaksa dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Rudapaksa ini dapat terjadi pada waktu proses belajar mengajar pendidikan jasmani, disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang bersumber pada beberapa factor sebagai berikut:

· Faktor lingkungan belajar

Faktor lingkungan belajar dapat mengakibatkan cidera dikarenakan berbagai hal yang dapat memungkinkan siswa terkena cidera, contohnya yaitu lingkungan tempat belajar siswa berada di pinggir jalan raya sehingga sangat beresiko terjadinya kecelakaan jika siswa berada di dekat jalan raya.

· Faktor fasilitas

Fasilitas merupakan bagian yang penting bagi kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, akan tetapi jika fasilitas tersebut tidak sesuai dengan standar yang ada maka akan menyebabkan anak didik kita akan mengalami cidera. contohnya misalnya anak-anak sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di lapangan, sedangakan lapangan kondisinya basah dan licin, hal tersebut dapat mengakibatkan anak terpeleset dan jatuh.

· Faktor peralatan

Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak lepas dari peralatan, karena peralatan adalah salah satu factor pendukung kegiatan pendidikan jasmani. Tanpa peralatan yang mendukung maka kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai sesuai dengan semestinya, dan kemungkinan lain banyak sekali terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran. Dikarenakan peralatan adalah factor yang paling mendukung atas berhasil atau tidaknya proses pembelajaran pendidikan jasmani, maka peralatan yang digunakan haruslah standar, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya cidera pada anak didik kita. Contohnya jika kita tidak memakai peralatan yang standard an masih bagus misalnya kegiatan pembelajaran sedang melaksanakan materi permainan sepak bola, akan tetapi bola yang digunakan sudah rusak, kulit bola sudah mengelupas sehingga jika bola terkena badan atau kulit siswa akan terasa sakit bahkan luka.

· Faktor manajemen pembelajaran

Manajemen pembelajaran sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan pembelajaran. Jika manajemen pembelajarannya benar-benar dilaksanakan oleh guru penjas, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan teratur, runtut dan tertib sesuai dengan RPP yang telah di buat oleh guru tersebut.

Sehubungan dengan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya rudapaksa tersebut, maka para guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjas) sangat perlu memperhatikan, mengetahui, memahami, serta terampil dalam melaksanakan akte aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani ini. Oleh karena itu, guru sangat perlu mendalami hal-hal yang menyangkut pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab rudapaksa tersebut agar dapat menerapkan aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani sehingga mencegah atau mengusahakan sekecil mungkin akan terjadinya rudapaksa khususnya terhadap anak didik atau siswa . Sehubungan dengan itu, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani para guru penjas khususnya harus menyiapkan para siswanya untuk menghadapi pelajaran inti.

Penyiapan ini tidak hanya pada proses belajar mengajar itu berlangsung, tetapi harus dilakukan sebelum, selama, bahkan setelah proses belajar mengajar itu selesai. Manusia terdiri dari unsur jiwa dan raga atau rohani dan jasmani yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Siswa atau anak didik perlu mendapat perhatian yang khusus baik rohani maupun jasmaninya. Dalam penyiapan rohani, guru Penjas harus berusaha menjadikan para siswa berminat melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani ini sebelum berangkat, dan sesampai di lapangan, guru menyiapkan fisik para siswa dengan kegiatan yang dikenal dengan latihan pendahuluan atau latihan pemanasan. Ini semua bertujuan agar para siswa yang terdiri dari unsure rohani dan jasmani/fisik siap menghadapi dan menerima tekanan yang akan terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar pendidikan jasmani, sehingga akan terhindar dari kemungkinan terjadinya rudapaksa. Demikian-lah antara lain beberapa alasan mengapa aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani sangat di perlukan

.

  1. Keselamatan Berolahraga

Olahraga merupakan penyebab terjadinya cedera yang paling sering. Cedera olahraga ini lebih banyak menimpa anak usia antara 13 sampai 19 tahun. Kontak fisik merupakan fasilitator utama terjadinya cedera pada olahraga. Oleh karena itu cedera sering kali terjadi pada jenis-jenis olah raga seperti sepak bola, basket, hoki dan bela diri.

  1. Keselamatan Lingkungan Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Lingkungan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, sering kali keadaannya kurang menguntungkan. Pada saat ini, banyak sekolah yang berada di dekat pasar, pabrik, lapangan terbang, atau di tepi jalan yang ramai. Hal ini disebabkan karena memang saat ini sangat sukar untuk mencari tempat yang ideal untuk pendirian sebuah sekolah. Terutama sekolah-sekolah swasta yang pada umumnya menggunakan tanah milik perorangan yang mempunyai prakasa pendirian sekolah tersebut, walaupun akhirnya dijadikan sebuah yayasan.

Dengan kenyataan yang demikian itu maka tidak dapat dihindari lagi pasti akan banyak terjadi gangguan keamanan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani, yang akhirnya mengancam keselamatan dan menimbulkan rodapaksa dalam proses belajar mengajar tersebut. Dalam hal ini guru terutama dalam pendidikan jasmani kesehatan harus mampu dan terampil mengatasi gangguan tersebut. Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru Penjas yang tentunya perlu mempunyai kiat masing-masing. Apabila sekolah itu berada di lingkungan atau dekat dengan jalan yang cukup ramai, maka harus dijaga agar para siswa jangan sering keluar ke jalan. Apakah keluar kejalan itu untuk mengambil alat atau melaksanakan tugas guru. Harus diusahakan agar alat-alat yang digunakan untuk proses belajar mengajar itu tidak sering keluar halaman sekolah. Pada pelajaran permainan bola volli, atau permainan bola bakar, atau kasti; usahakan arah bola yang dipukul atau di lempar tidak mengarah ke jalan. Dengan demikian maka tidak akan sering bola itu keluar jalan, yang harus segera diambil oleh siswa. Hal ini akan sangat membahayakan bagi keselamatan siswa, karena biasanya siswa akan takut kalau-kalau bolanya tergilas mobil, tetapi tidak mengingat keselamatan diri sendiri.

Dalam pelajaran atletik sering dilaksanakan lari keliling karena guru ingin agar lari keliling itu cukup jauh, maka para siswa harus mengelilingi, tidak hanya gedung sekolah, tetapi mengelilingi lingkungan sekolah yang tentu menggunakan jalan umum. Keselamatan siswa lebih terancam lagi karena pada waktu para siswa berlari, pada umumnya guru tidak menyertai atau mengatur dan menjaga keselamatan para siswa.

2.3. Tujuan Pendidikan Keselamatan

Secara keseluruhan, tujuan pendidikan keselamatan adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan praktik keselamatan dalam kegiatan rekreasi, pendidikan jasmani, dan kehidupan sehari-hari, utamanya keselamatan berlalu-lintas.

2. Menanamkan sikap perduli terhadap berbagai hal yang dapat mendatangkan bahaya bagi keselamatan diri pribadi.

3. Bukan hanya mengandung resiko bagi diri sendiri, tetapi juga keselamatan orang lain

4. Mengembangkan pemahaman terhadap hak dan tanggung jawab dalam hubungan dengan orang lain

5. Penguasaan keterampilan menggunakan kendaraan, misalnya naik sepeda, dan sebagainya.







BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan merupakan hal yang paling berharga bagi diri kita. Dengan kita selamat kita bias melakukan kegiatan yang lain, yang lebih banyak dan lebih bermanfaat lagi. Oleh sebab itu pendidikan keselamatan sangat penting di kuasai khususnya bagi para guru sehingga dapat menerapkannya pada saat pembelajaran sehingga siswa akan lebih mengetahui tentang keselamatan bagi dirinya sendiri.

3.2 Saran

Untuk para pengajar untuk lebih kreatif lagi dalam menerapkan tingkat keselamatan siswa tanpa mengurangi intensitas kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Di samping itu pendidikan keselamatan sebaiknya tidak hanya disosialisasikan di dunia pendidikan saja melainkan di kalangan masyarakat umum juga harus di sosialisasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Victok G Simanjuntak, dkk. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan.

Dirjen Dikti. 2008.

Hardianto Wibowo. 1995 . Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera

Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lutan, Rusli. Penanggulangan Cidera Olahraga Pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen Depdiknas. 2001

TENIS MEJA






Tenis meja, atau ping pong (sebuah merek dagang), adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Di Republik Rakyat Cina, nama resmi olahraga ini ialah "bola ping pong" (Tionghoa : 乒乓球; Pinyin : pīngpāng qiú). Permainan ini menggunakan raket yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi karet yang biasa disebut bat, sebuah bola pingpong dan lapangan permainan yang berbentuk meja. Induk Olahraga tenis meja di Indonesia adalah PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia) dan di dunia adalah ITTF (International Table Tennis Federation) yang anggotanya mencapai 210 negara dan PTMSI tercatat sebagai Anggota ITTF sejak tahun 1961.

Peralatan Permainan

Raket

Raket terbuat dari lapisan kayu tipis yang pada permukaannya dilapisi karet khusus. Ukuran panjangnya adalah 6.5 inchi (16.5 cm) dan lebar 6 inchi (15 cm). Lapisan tipis ini bisa di tambahkan lapisan fiber glas, karbon atau bahan lain sehingga bat menjadi ringan dan tahan getar.

Bola

Bola tenis meja berdiameter 40 mm berat 2,7 gram. Biasanya berwarana putih atau orange dan terbuat dari bahan selluloid yang ringan. Pantulan bola yang baik apabila djatuhkan dari ketinggian 30,5 cm akan menghasilkan ketinggian pantulan pertama antara 24-26 cm. Pada bola pingpong biasanaya ada tanda bintang dari bintang 1 hingga bintang 3, dan tanda bintang 3 inilah yang menunjukan kualitas tertinggi dari bola tersebut yang biasanya digunakan dalam turnamen-turnamen resmi.

Meja lapangan





Cara bermain

Permainan tunggal

  • Setiap bola mati menghasilkan nilai satu.
  • Servis berganti pemain setiap mencapai poin kelipatan 5.
  • Pemegang servis bebas menempatkan bola dari segala penjuru lapangan.
  • Permainan satu set berakhir apabila pemain mencapai nilai 11, dan kemenangan diraih apabila mencapai 3 kali kemenangan set.
  • Apabila terjadi deuce, permainan berakhir jika selisih nilai adalah 2. misal: 15-13, 18-16

Permainan ganda

  • Setiap bola mati menghasilkan nilai satu.
  • Servis bergantian setiap poin kelipatan 5.
  • Pemain bergantian menerima bola dari lawan
  • Pemegang servis hanya bisa menempatkan bola ke ruang kamar sebelah kanan lawan.
  • Permainan satu set berakhir apabila pemain mencapai nilai 11, dan kemenangan diraih apabila mencapai 3 kali kemenangan set.
  • Apabila terjadi deuce, permainan berakhir jika selisih nilai adalah 2. misal: 15-13, 18-16

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Begitu pula dengan pembelajaran jasmani yang berarti menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar pendidikan jasmani. Dalam proses pembelajaran jasmani terdapat berbagai metode-metode pembelajaran guna meningkatkan ketrampilan khususnya dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Semua metode yang dilaksanakan tidak serta merta langsung berhasil sesuai dengan teori yang ada, dalam kenyataanya banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi untuk menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut. Kendala yang sering di jumpai oleh para pengajar adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, kondisi siswa yang kurang memungkinkan, dll.

Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai bisa di tangani oleh guru-guru yang kreatif, begitu pula untuk kendala tentang kondisi siswa yang kurang memungkinkan maka harus di tangani lebih khusus lagi. Maksud dari siswa yang kurang memungkinkan keadaannya adalah siswa-siswa yang mempunyai kelainan atau cacat sehingga perlu penanganan khusus dibandingkan menangani siswa yang normal. Dalam pendidikan jasmani penanganan untuk anak-anak yang mempunnyai kelainan atau cacat biasa disebut dengan pendidikan jasmani adaptif atau pendidikan jasmani yang disesuaikan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: Apa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani adaptif dan bagaimana cara penerapannya?

1.3 Tujuan

Tujuan dari analisis tentang pendidikan jasmani adaptif adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan jasmani adaptif itu dilaksanakan di dalam pembelajaran.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

2.2 Ciri dari program pengajaran penjas adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:

· Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

  • Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.

· Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

2.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:

  1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
  2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
  3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
  4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.

6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.

7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

2.4 Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif

Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:

· ABK yang memilik masalah dalam sensoris

· ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya

· ABK yang memiliki masalah dalam belajar

· ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:

1. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.

  1. Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
  2. Modifikasi teknik mengajarnya.
  3. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.



BL3NK_CORP

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran pendidikan jasmani adaptif memang sangat di perlukan bagi para siswa yang mempunyai kelemahan dalam dirinya. Dalam pembelajaran adaptif Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat mempunyai motifasi lagi untuk meningkatkan ketrampilan yang dimilikinya sehingga para siswa tersebut dapat berprestasi. Selain itu Anak Berkebutuhan Khusus dapat meningkatkan kebugaran jasmani dengan pembelajaran adaptif yang telah dimodifikasi, dengan kata lain adanya pendidikan jasmani adaptif dapat meningkatkan kebugaran jasmani Anak Berkebutuhan khusus sama halnya dengan anak-anak normal lainnya.

3.2 Saran

Karena sangat pentingnya pendidikan jasmani adaptif khususnya bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), maka para pengajar atau guru yang bersangkutan harus lebih kreatif lagi, sehingga prestasi dan tingkat kebugaran Anak Berkebutuhan Khusus dapat setara dengan anak-anak yang normal

Olah Raga Renang

Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya k...