Tampilkan postingan dengan label sehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sehat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Maret 2017

Olah Raga Renang

Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya punggung, dan gaya dada. Perenang yang memenangkan lomba renang adalah perenang yang menyelesaikan jarak lintasan tercepat. Pemenang babak penyisihan maju ke babak semifinal, dan pemenang semifinal maju ke babak final.
Bersama-sama dengan loncat indah, renang indah, renang perairan terbuka, dan polo air, peraturan perlombaan renang ditetapkan oleh badan dunia bernama Federasi Renang Internasional (FINA). Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) adalah induk organisasi cabang olahraga renang di Indonesia.

Sejarah
Perlombaan berenang dimulai di Eropa sekitar tahun 1800. Sebagian besar perenang berenang dengan memakai gaya dada. Pada 1873, John Arthur Trudgen memperkenalkan gaya trudgen di lomba-lomba renang setelah meniru renang gaya bebas suku Indian. Akibat ketidaksukaan orang Inggris terhadap gerakan renang yang memercikkan air ke sana ke mari, Trudgen mengganti gerakan kaki gaya bebas yang melecut ke atas dan ke bawah menjadi gerakan kaki gunting seperti renang gaya samping.
Renang menjadi salah satu cabang olahraga yang dilombakan sejak Olimpiade Athena 1896. Nomor renang putri dilombakan sejak Olimpiade Stockholm 1912. Pada 1902, Richard Cavill memperkenalkan renang gaya bebas. Federasi Renang Internasional dibentuk pada 1908. Gaya kupu-kupu pertama kali dikembangkan pada tahun 1930-an. Pada awalnya, gaya kupu-kupu merupakan variasi gaya dada sebelum dianggap sebagai gaya renang tersendiri pada 1952.
Di Hindia Belanda, Perserikatan Berenang Bandung (Bandungse Zwembond) didirikan pada 1917. Pada tahun berikutnya didirikan Perserikatan Berenang Jawa Barat (West Java Zwembond), dan Perserikatan Berenang Jawa Timur (Oost Java Zwembond) didirikan pada 1927. Sejak itu pula perlombaan renang antardaerah mulai sering diadakan. Rekor dalam kejuaraan-kejuaraan tersebut juga dicatatkan sebagai rekor di Belanda.
Pada 1936, perenang Hindia Belanda bernama Pet Stam mencatat rekor 59,9 detik untuk nomor 100 meter gaya bebas di kolam renang CihampelasBandung. Pet Stam dikirim sebagai wakil Belanda di Olimpiade Berlin 1936. Persatuan Berenang Seluruh Indonesia didirikan 21 Maret1951, dan sebagai anggota Federasi Renang Internasional sejak tahun berikutnya. Perenang Indonesia ikut berlomba dalam Olimpiade Helsinki 1952.
Fasilitas dan Peralatan
Kolam Renang 
Panjang kolam renang lintasan panjang adalah 50 m sementara lintasan pendek adalah 25 m. Dalam spesifikasi Federasi Renang Internasional untuk kolam ukuran Olimpiade ditetapkan panjang kolam 50 m dan lebar kolam 25 m. Kedalaman kolam minimum 1,35 meter, dimulai dari 1,0 m pertama lintasan hingga paling sedikit 6,0 m dihitung dari dinding kolam yang dilengkapi balok start. Kedalaman minimum di bagian lainnya adalah 1,0 m. 
Lintasan 
Lebar lintasan paling sedikit 2,5 m dengan jarak paling sedikit 0,2 m di luar lintasan pertama dan lintasan terakhir. Masing-masing lintasan dipisahkan dengan tali lintasan yang sama panjang dengan panjang lintasan.
Tali lintasan terdiri dari rangkaian pelampung berukuran kecil pada seutas tali yang panjangnya sama dengan panjang lintasan. Pelampung pada tali lintasan dapat berputar-putar bila terkena gelombang air. Tali lintasan dibedakan menurut warna: hijau untuk lintasan 1 dan 8, biru untuk lintasan 2, 3, 6, dan 7, dan kuning untuk lintasan 4 dan 5.
Perenang diletakkan di lintasan berdasarkan catatan waktu dalam babak penyisihan (heat). Di kolam berlintasan ganjil, perenang tercepat diunggulkan di lintasan paling tengah. Di kolam 8 lintasan, perenang tercepat ditempatkan di lintasan 4 (di lintasan 3 untuk kolam 6 lintasan). Perenang-perenang dengan catatan waktu di bawahnya secara berurutan menempati lintasan 5, 3, 6, 2, 7, 1, dan 8.
Pengukur Waktu 
Dalam perlombaan internasional atau perlombaan yang penting, papan sentuh pengukur waktu otomatis dipasang di kedua sisi dinding kolam. Tebal papan sentuh ini hanya 1 cm.
Perenang mencatatkan waktunya di papan sentuh sewaktu pembalikan dan finis. Papan sentuh pengukur waktu produksi Omega mulai dipakai di Pan-American Games 1967 di Winnipeg, Kanada.

Balok Start
Di setiap balok start terdapat pengeras suara untuk menyuarakan tembakan pistol start dan sensor pengukur waktu yang memulai catatan waktu ketika perenang meloncat dari balok start.
Tinggi balok start antara 0,5 m hingga 0,75 dari permukaan air. Ukuran balok start adalah 0,5 x 0,5 m, dan di atasnya dilapisi bahan antilicin. Kemiringan balok start tidak melebihi 10°.
Peraturan Perlombaan dalam Renang
Pada nomor renang gaya kupu-kupu, gaya dada, dan gaya bebas, perenang melakukan posisi start di atas balok start. Badan dibungkukkan ke arah air dengan lutut sedikit ditekuk. Pada nomor gaya punggung, posisi start dilakukan di dalam air dengan badan menghadap ke dinding kolam. Kedua tangan memegang pegangan besi pada balok start, sementara kaki bertumpu di dinding kolam, dan kedua lutut ditekuk di antara kedua lengan. Posisi start gaya punggung juga dipakai oleh perenang pertama dalam gaya ganti estafet.
Wasit start memanggil para perenang dengan tiupan peluit panjang untuk naik ke atas balok start (bersiap di dalam air untuk gaya punggung dan gaya ganti estafet). Perenang berada dalam posisi start setelah aba-aba Siap (Take your marks dalam bahasa Inggris) diteriakkan oleh wasit start.Start dinyatakan tidak sah bila perenang meloncat dari balok start sebelum ada aba-aba. Hingga tembakan pistol start dimulai, tubuh perenang harus dalam keadaan diam.
 
Nomor Perlombaan
Perlombaan renang terdiri dari nomor-nomor perlombaan menurut jarak tempuh, jenis kelamin, dan empat gaya renang (gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya punggung, dan gaya dada). Nomor-nomor renang putra dan putri yang diperlombakan dalam Olimpiade:
  • Gaya bebas: 50 m, 100 m, 200 m, 400 m, 800 m (putri), 1500 m (putra)
  • Gaya kupu-kupu: 100 m, 200 m
  • Gaya punggung: 100 m, 200 m
  • Gaya dada: 100 m, 200 m
  • Gaya ganti perorangan: 200 m, 400 m
  • Gaya ganti estafet: 4 x 100 m
  • Gaya bebas estafet: 4 x 100 m, 4 x 200 m
  • Marathon 10 km.[8]
Federasi Renang Internasional mengakui rekor dunia putra/putri untuk nomor-nomor renang:
  • Gaya bebas: 50 m, 100 m, 200 m, 400 m, 800 m, 1500 m
  • Gaya punggung: 50 m, 100 m, 200 m
  • Gaya dada: 50 m, 100 m, 200 m
  • Gaya kupu-kupu: 50 m, 100 m, 200 m
  • Gaya ganti perorangan: 100 m (hanya lintasan pendek), 200 m, 400 m
  • Gaya ganti estafet: 4×100 m
  • Gaya bebas estafet: 4×100 m, 4×200 m.[9]
Pada nomor gaya ganti perorangan, seorang perenang memakai keempat gaya secara bergantian untuk satu putaran, dengan urutan: gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas. Pada nomor renang gaya ganti perorangan 100 m, perlombaan diadakan di kolam renang lintasan pendek 25 m.
Pada nomor 4 x 100 m gaya ganti estafet, satu regu diwakili empat orang perenang yang masing-masing berenang 100 m. Perenang pertama memulai dengan renang gaya punggung, dilanjutkan perenang gaya dada, perenang gaya kupu-kupu, dan diakhiri oleh perenang gaya bebas.

Pakaian Khusus
Federasi Renang Internasional memiliki daftar merek dan tipe pakaian renang yang disetujui dalam perlombaan renang. Perenang dibolehkan memakai topi renang dan kacamata renang. Perenang berkacamata dapat memilih untuk mengenakan kacamata renang minus, atau mengenakan lensa kontak bersama kacamata renang normal.
Perenang tidak dibolehkan memakai alat atau pakaian renang yang dapat memengaruhi kecepatan, daya apung, atau ketahanan selama berlomba, misalnya sarung tangan berselaput, kaki katak, sirip, dan sebagainya.

Rabu, 13 Juli 2011

PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI






BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya, setiap orang menyadari hal tersebut, akan tetapi sedikit orang yang sadar untuk menjaga kesehatannya. Jaman sekarang sangat sedikit sekali waktu yang tersedia untuk menjaga kesehatan, karena orang-orang sekarang sangat disibukan dengan berbagai aktivitasnya seperti pekerjaan yang sangat menyita banyak waktu sehingga untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri pun tidak ada. Jika kita melihat hal tersebut maka kebanyakan orang-orang sekarang sangat mementingkan kehidupan ekonomi yang lebih layak dibandingkan dengan kesehatan pada dirinya, dengan kata lain kehidupan di dunia ini memang sangat berharaga, sehingga kita sebagai manusia harus benar-benar menjaga diri kita agar kita tetap sehat dan terhindar dari yang namanya cidera.

Setiap orang membutuhkan rasa aman baik pada saat dijalan maupun ditempat-tempat yang lain. Rasa aman ini erat sekali kaitannya dengan masalah keselamatan. Untuk itu setiap orang perlu menjaga dan berusaha agar selamat selama menjalankan tugasnya. Namun, kadang-kadang seseorang tidak sadar bahwa tindakanya membahayakan orang lain, sehingga mengancam keselamatan orang lain bahkan juga dirinya sendiri.

Jika kita melihat fakta-fakta yang ada maka memang semua aktivitas dan tindakan mempunyai resiko yang bisa mengancam keselamatan diri kita dan orang lain. Tidak terkecuali dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani. Oleh sebab itu kita sebagai guru pendidikan jasmani harus mengantisipasi dan meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang mengancam anak didik kita pada khususnya, sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas kita dapat dirumuskan masalah yaitu : guru pendidikan jasmani dapat mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan yang mengancam anak didiknya dan bagaimana cara penerapan atau cara yang dilakukan guru pendidikan jasmani untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya cidera pada anak didiknya.

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah pendidikan keselamatan adalah untuk mengetahui tentang factor-faktor yang dapat mengancam keselamatan pada siswa sehingga guru pendidikan jasmani dapat melakukan sesuatu guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya cidera, sehingga keselamatan anak didiknya terjamin.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pendidikan keselamatan merupakan pembelajaran tentang tata cara dan pencegahan akan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Jika kita lihat dari pengertian pendidikan keselamatan maka pengetahuan tentang keselamatan memang sangatlah berarti bagi kita. Aktivitas olahraga selalu identik dengan munculnya cidera, baik cidera yang berupa akut maupun kronis. Cedera terjadi karena berbagai factor, di antaranya : factor usia, jumlah jam latihan, dosis beban latihan, overuse, fleksibilitas, kesalahan teknik, pemanasan dan pendinginan yang kurang, itu secara umum jika kita lihat factor yang ada pada pembelajaran di sekolah dasar maka bisa di persempit lagi atau dikhususkan.

Pada dunia kedokteran olahraga ada semboyan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, sebab mengobati cidera lebih sulit dan banyak menimbulkan kerugian bagi para penderitanya.

2.2 Ciri

Pendidikan keselamatan merupakan pendidikan yang sebenarnya wajib di ketahui oleh semua orang, sehingga orang-orang paling tidak dapat meminimalisasi dan mencegah terjadinya cidera maupun kecelakaan dimanapun orang itu berada. Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan jasmani sangat diperlukan pengetahuan tentang pendidikan keselamatan. Sehingga guru akan dapat mengetahui factor-faktor yang dapat menimbulkan cidera serta dapat menerapkan tindakan yang diambil guna memperkecil dan mencegah terjadinya cidera pada anak didiknya.

a. Pentingya pendidikan keselamatan dalam Pendidikan Jasmani

kurangnya perhatian dan pengetahuan tentang tata cara dan pencegahan akan kemungkinan terjadinya kecelakaan, mengakibatkan lebih seringnya terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan rudapaksa atau cedera pada para siswa. Para siswa dapat mengalami rudapaksa pada berbagai keadaan, seperti ketika bermain di halaman sekolah, pada saat istirahat, dan pada saat menerima pelajaran pendidikan jasmani. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya rudapaksa di lingkungan sekolah maka para guru khususnya guru pendidikan jasmani (Penjas) perlu memahami aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani. Ia perlu memiliki keterampilan untuk melaksanakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya rudapaksa dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Rudapaksa ini dapat terjadi pada waktu proses belajar mengajar pendidikan jasmani, disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang bersumber pada beberapa factor sebagai berikut:

· Faktor lingkungan belajar

Faktor lingkungan belajar dapat mengakibatkan cidera dikarenakan berbagai hal yang dapat memungkinkan siswa terkena cidera, contohnya yaitu lingkungan tempat belajar siswa berada di pinggir jalan raya sehingga sangat beresiko terjadinya kecelakaan jika siswa berada di dekat jalan raya.

· Faktor fasilitas

Fasilitas merupakan bagian yang penting bagi kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, akan tetapi jika fasilitas tersebut tidak sesuai dengan standar yang ada maka akan menyebabkan anak didik kita akan mengalami cidera. contohnya misalnya anak-anak sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di lapangan, sedangakan lapangan kondisinya basah dan licin, hal tersebut dapat mengakibatkan anak terpeleset dan jatuh.

· Faktor peralatan

Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak lepas dari peralatan, karena peralatan adalah salah satu factor pendukung kegiatan pendidikan jasmani. Tanpa peralatan yang mendukung maka kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai sesuai dengan semestinya, dan kemungkinan lain banyak sekali terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran. Dikarenakan peralatan adalah factor yang paling mendukung atas berhasil atau tidaknya proses pembelajaran pendidikan jasmani, maka peralatan yang digunakan haruslah standar, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya cidera pada anak didik kita. Contohnya jika kita tidak memakai peralatan yang standard an masih bagus misalnya kegiatan pembelajaran sedang melaksanakan materi permainan sepak bola, akan tetapi bola yang digunakan sudah rusak, kulit bola sudah mengelupas sehingga jika bola terkena badan atau kulit siswa akan terasa sakit bahkan luka.

· Faktor manajemen pembelajaran

Manajemen pembelajaran sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan pembelajaran. Jika manajemen pembelajarannya benar-benar dilaksanakan oleh guru penjas, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan teratur, runtut dan tertib sesuai dengan RPP yang telah di buat oleh guru tersebut.

Sehubungan dengan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya rudapaksa tersebut, maka para guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjas) sangat perlu memperhatikan, mengetahui, memahami, serta terampil dalam melaksanakan akte aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani ini. Oleh karena itu, guru sangat perlu mendalami hal-hal yang menyangkut pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab rudapaksa tersebut agar dapat menerapkan aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani sehingga mencegah atau mengusahakan sekecil mungkin akan terjadinya rudapaksa khususnya terhadap anak didik atau siswa . Sehubungan dengan itu, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani para guru penjas khususnya harus menyiapkan para siswanya untuk menghadapi pelajaran inti.

Penyiapan ini tidak hanya pada proses belajar mengajar itu berlangsung, tetapi harus dilakukan sebelum, selama, bahkan setelah proses belajar mengajar itu selesai. Manusia terdiri dari unsur jiwa dan raga atau rohani dan jasmani yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Siswa atau anak didik perlu mendapat perhatian yang khusus baik rohani maupun jasmaninya. Dalam penyiapan rohani, guru Penjas harus berusaha menjadikan para siswa berminat melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani ini sebelum berangkat, dan sesampai di lapangan, guru menyiapkan fisik para siswa dengan kegiatan yang dikenal dengan latihan pendahuluan atau latihan pemanasan. Ini semua bertujuan agar para siswa yang terdiri dari unsure rohani dan jasmani/fisik siap menghadapi dan menerima tekanan yang akan terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar pendidikan jasmani, sehingga akan terhindar dari kemungkinan terjadinya rudapaksa. Demikian-lah antara lain beberapa alasan mengapa aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani sangat di perlukan

.

  1. Keselamatan Berolahraga

Olahraga merupakan penyebab terjadinya cedera yang paling sering. Cedera olahraga ini lebih banyak menimpa anak usia antara 13 sampai 19 tahun. Kontak fisik merupakan fasilitator utama terjadinya cedera pada olahraga. Oleh karena itu cedera sering kali terjadi pada jenis-jenis olah raga seperti sepak bola, basket, hoki dan bela diri.

  1. Keselamatan Lingkungan Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Lingkungan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, sering kali keadaannya kurang menguntungkan. Pada saat ini, banyak sekolah yang berada di dekat pasar, pabrik, lapangan terbang, atau di tepi jalan yang ramai. Hal ini disebabkan karena memang saat ini sangat sukar untuk mencari tempat yang ideal untuk pendirian sebuah sekolah. Terutama sekolah-sekolah swasta yang pada umumnya menggunakan tanah milik perorangan yang mempunyai prakasa pendirian sekolah tersebut, walaupun akhirnya dijadikan sebuah yayasan.

Dengan kenyataan yang demikian itu maka tidak dapat dihindari lagi pasti akan banyak terjadi gangguan keamanan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani, yang akhirnya mengancam keselamatan dan menimbulkan rodapaksa dalam proses belajar mengajar tersebut. Dalam hal ini guru terutama dalam pendidikan jasmani kesehatan harus mampu dan terampil mengatasi gangguan tersebut. Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru Penjas yang tentunya perlu mempunyai kiat masing-masing. Apabila sekolah itu berada di lingkungan atau dekat dengan jalan yang cukup ramai, maka harus dijaga agar para siswa jangan sering keluar ke jalan. Apakah keluar kejalan itu untuk mengambil alat atau melaksanakan tugas guru. Harus diusahakan agar alat-alat yang digunakan untuk proses belajar mengajar itu tidak sering keluar halaman sekolah. Pada pelajaran permainan bola volli, atau permainan bola bakar, atau kasti; usahakan arah bola yang dipukul atau di lempar tidak mengarah ke jalan. Dengan demikian maka tidak akan sering bola itu keluar jalan, yang harus segera diambil oleh siswa. Hal ini akan sangat membahayakan bagi keselamatan siswa, karena biasanya siswa akan takut kalau-kalau bolanya tergilas mobil, tetapi tidak mengingat keselamatan diri sendiri.

Dalam pelajaran atletik sering dilaksanakan lari keliling karena guru ingin agar lari keliling itu cukup jauh, maka para siswa harus mengelilingi, tidak hanya gedung sekolah, tetapi mengelilingi lingkungan sekolah yang tentu menggunakan jalan umum. Keselamatan siswa lebih terancam lagi karena pada waktu para siswa berlari, pada umumnya guru tidak menyertai atau mengatur dan menjaga keselamatan para siswa.

2.3. Tujuan Pendidikan Keselamatan

Secara keseluruhan, tujuan pendidikan keselamatan adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan praktik keselamatan dalam kegiatan rekreasi, pendidikan jasmani, dan kehidupan sehari-hari, utamanya keselamatan berlalu-lintas.

2. Menanamkan sikap perduli terhadap berbagai hal yang dapat mendatangkan bahaya bagi keselamatan diri pribadi.

3. Bukan hanya mengandung resiko bagi diri sendiri, tetapi juga keselamatan orang lain

4. Mengembangkan pemahaman terhadap hak dan tanggung jawab dalam hubungan dengan orang lain

5. Penguasaan keterampilan menggunakan kendaraan, misalnya naik sepeda, dan sebagainya.







BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan merupakan hal yang paling berharga bagi diri kita. Dengan kita selamat kita bias melakukan kegiatan yang lain, yang lebih banyak dan lebih bermanfaat lagi. Oleh sebab itu pendidikan keselamatan sangat penting di kuasai khususnya bagi para guru sehingga dapat menerapkannya pada saat pembelajaran sehingga siswa akan lebih mengetahui tentang keselamatan bagi dirinya sendiri.

3.2 Saran

Untuk para pengajar untuk lebih kreatif lagi dalam menerapkan tingkat keselamatan siswa tanpa mengurangi intensitas kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Di samping itu pendidikan keselamatan sebaiknya tidak hanya disosialisasikan di dunia pendidikan saja melainkan di kalangan masyarakat umum juga harus di sosialisasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Victok G Simanjuntak, dkk. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan.

Dirjen Dikti. 2008.

Hardianto Wibowo. 1995 . Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera

Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lutan, Rusli. Penanggulangan Cidera Olahraga Pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen Depdiknas. 2001

Olah Raga Renang

Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya k...